Pengusaha otobus dibayang-bayangi kelangkaan ban bus sejak beberapa bulan terakhir.
Tak hanya sulit didapat, ban bus juga dibanderol harga tinggi.
Pengusaha bus asal Bengkulu Kurnia Lesani Adnan mengatakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.
Tapi di sisi lain harga sparepart naik di atas 15 persen.
“Kami sekarang dalam posisi serba sulit.
Padahal kami mulai melihat harapan selepas pandemi Covid-19.
Tapi ternyata seperti ini,” ujar Kurnia Lesani Adnan dalam siaran pers hari ini, Sabtu, 3 September 2022.
Menurut Sani ban adalah salah satu komponen no go item alias tidak bisa diabaikan.
Jika sudah waktunya ganti, harus diganti demi keselamatan perjalanan.
Ban bus juga menjadi kelengkapan yang paling sering disoroti saat Uji KIR atau pemeriksaan di terminal-terminal baik oleh Kementerian Perhubungan maupun Dinas Perhubungan.
Para pengusaha tidak bisa membeli ban bus sebagai persediaan suku cadang karena dua tahun terakhir ini ban bus langka sehingga harganya naik sampai dua kali lipat.
Kelangkaan ban bus terjadi merata di semua daerah.
Sani, yang juga Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia, menuturkan bahwa sebelumnya pengusaha bisa membeli ban bus sesuai kebutuhan.
Tapi sekarang pengusaha ingin memborong ban bus sebab belum tentu 2-3 bulan lagi stok masih ada.
“Pengusaha kecil – menengah tidak akan bisa sehingga mereka tidak dapat barang sehingga bisnisnya terganggu.” Sejak akhir 2020, harga ban kendaraan terus mengalami kenaikan akibat terganggunya suplai global.
Kenaikan harga rata-rata mulai 2-15 persen untuk seluruh jenis produk yang berbeda.
Larangan terbatas impor ban dan pembatasan kuota juga memicu kekurangan pasokan, terutama untuk ban truk dan ban bus jenis radial yang tidak banyak diproduksi di dalam negeri.
Kebutuhan ban truk dan ban bus di Indonesia diperkirakan lebih dari 6 juta unit pada 2021, sebanyak 77 persen di antaranya ban bias dan 23 persen ban radial.
Saat ini suplai ban bus jenis radial dari produsen dalam negeri tidak lebih dari 500.000 unit setiap tahun.
Maka kebutuhan ban impor cukup besar.
Mengutip keterangan Presiden Direktur Michelin Indonesia Steven Vette, Sani mengatakan bahwa kelangkaan ban bus karena kebijakan pembatasan impor oleh Pemerintah Indonesia.
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.